Kekuatan Ikatan
Perekat digunakan untuk
mengikat dua bahan untuk menjadi satu kesatuan, dengan demikian maka viscoelastic
dissipation (penyebaran ) dari gaya-gaya internal dan eksternal adalah
aspek yang sangat penting pada hasil kinerja perekat. Gaya yang harus ditahan
oleh ikatan perekatan sangat tergantung pada jenis produk dan penggunaan
produk tersebut. Efek dari kekuatan internal sering diabaikan, tetapi pada kayu
dan produk kayu, gaya-gaya internal itu bisa sangat tinggi. Tes yang dianggap
paling penting untuk kayu laminasi adalah test ASTM D 2559 dan cyclic
delamination test. Banyak adhesives yang memiliki ikatan yang
kuat dalam kondisi kering ternyata menunjukkan delaminasi yang signifikan dan
tidak lulus tes ini pada kondisi yang berbeda.
Aspek yang menarik dari test D 2559 adalah bahwa tanpa
adanya kekuatan eksternal saja, akibat dari pengembangan dan penyusutan kayu
sudah cukup bisa menyebabkan kegagalan ikatan. Tes ini dilakukan dengan membuat
kayu pada kondisi vakum dan basah, diikuti dengan pengeringan menggunakan oven
pada siklus pertama, dan dengan air mendidih pada siklus kedua. Fakta
menunjukkan bahwa perubahan dimensi, dan warping dari kayu sudah cukup
untuk menyebabkan terjadinya kegagalan ikatan.Hal yang menyulitkan mengenai
kekuatan internal ini adalah kenyataan bahwa mereka sangat sulit untuk
diukur.Namun demikian simulasi dengan tes seperti halnya 2559 D dapat
meningkatkan besarnya pengaruh perubahan, karena perubahan volume yang terlalu
cepat dapat menyebabkan fraktur yang berlebihan dari kayu. Sedangkan pada
kondisi penggunaan normal perubahan kelembaban di kayu akan berlangsung secara
bertahap, yang memungkinkan relaksasi pada kayu..Gaya-gaya pada bondlines
dibagi menjadi tiga mode: I, II, dan III (Lihat Gambar 9.15).
Gaya normal modus I adalah gaya yang tegak lurus terhadap permukaan ikatan di mana ini merupakan bagian perekatan yang paling lemah, karena tingginya konsentrasi tegangan. Di sisi lain, kekuatan untuk menahan geser dari mode II yang merupakan ikatan perekatan yang paling kuat. Dan modus III yang merupakan tes intermediate untuk suatu kekuatan perekat. Ketiga jenis gaya tersebut merupakan gaya yang paling umum ditemukan pada suatu ikatan dalam produk kayu. Mode I terdapat pada di strandboard dan menahan gaya springback dari penurunan kompresi dari tes ikatan internal. Modus II berlaku pada laminated veneer akibat dari beban dari tekanan eksternal atau dari pengembangan kayu pada kondisi kelembaban tinggi. Modus III terjadi pada di kayu lapis sebagai hasil dari ply construction.
Gaya normal modus I adalah gaya yang tegak lurus terhadap permukaan ikatan di mana ini merupakan bagian perekatan yang paling lemah, karena tingginya konsentrasi tegangan. Di sisi lain, kekuatan untuk menahan geser dari mode II yang merupakan ikatan perekatan yang paling kuat. Dan modus III yang merupakan tes intermediate untuk suatu kekuatan perekat. Ketiga jenis gaya tersebut merupakan gaya yang paling umum ditemukan pada suatu ikatan dalam produk kayu. Mode I terdapat pada di strandboard dan menahan gaya springback dari penurunan kompresi dari tes ikatan internal. Modus II berlaku pada laminated veneer akibat dari beban dari tekanan eksternal atau dari pengembangan kayu pada kondisi kelembaban tinggi. Modus III terjadi pada di kayu lapis sebagai hasil dari ply construction.
Tes kinerja lem juga tercakup dalam test ASTM dan test
standard lainnya. Biasanya, tes yang dilakukan cenderung lebih berat
untuk untuk meningkatkan faktor keselamatan dalam kenyataan riil
konstruksi. Aturan pada produk kayu yang paling umum adalah perekatan
diusahakan bisa memiliki ikatan permukaan yang tinggi dan memiliki gaya dalam
modus geser sebanyak mungkin. Pengetahuan mengenai kekuatan ikatan kayu secara
umum telah diperoleh dari specimen kayu laminasi dan kayu lapis.
Pendistribusian perekat secara tetesan yang tepat tidak pada permukaan strands
dan fibers telah menghasilkan pemahaman bahwa ikatan untuk strandboard
dan papan serat merupakan hal yang lebih sulit. Masalah yang berhubungan pada
pekerjaan ini adalah bahwa laminasi dan kayu lapis biasanya diuji dalam geser,
sementara tes utama untuk papan partikel, strandboard, dan papan
serat, bersangkutan dengan internal bond test, modus 1.
GAMBAR 9.14 ASTM D 2559 penyebab kegagalan ikatan, seperti
yang ditunjukkan oleh delaminasi akibat dari penyusutan dan pemekaran kayu. Tes
ini cukup berat sehingga menyebabkan retak pada kayu, tetapi perekat yang baik
akan memberikan kegagalan bondline yang minimal. Perekat yang sama
digunakan di kedua spesimen, tapi kayu di sebelah kiri dilapisi dengan
hydroxymethylated resorcinol (HMR) ternyata menghasilkan laminasi yang jauh
lebih baik daripada kayu tidak di “treatment”.
GAMBAR 9.15 Gaya pada bondlines sering merupakan
kombinasi dari tiga modus kekerasan. Mode I adalah gaya tarik dalam mode normal
dan biasanya merupakan satu di mana perekat adalah yang paling lemah. Modus II
adalah gaya geser yang umum dan biasanya modus di mana perekat adalah yang
terkuat. Modus III adalah kekuatan torsi yang paling tidak umum.
Dengan menganggap suatu ikatan perakitan adalah serangkaian
link dalam rantai, maka suatu rantai ikatan akan terus menahan
ikatan kecuali ada suatu kekuatan gaya yang lebih kuat dari kekuatan
salah satu link. Dengan demikian, proses untuk meningkatkan perekatan
dapat ditingkatkan dengan memahami apa saja yang menyebabkan link
menjadi lemah. Pada kenyatannya kekuatan dari link dapat bervariasi
tergantung pada berbagai macam kondisi. Sebagai contoh, jika suatu perekat,
misalnya saja jenis uncrosslinked polimer (vinil asetat), menjadi
lunak apabila kena panas, maka kemungkinan besar akan terjadi link
yang lemah dalam kondisi panas. Banyak perekat memberikan ikatan yang kuat
dalam kondisi kering sehingga kayu adalah link lemah. Namun, dalam
kondisi basah link yang lemah mungkin terjadi pada interfase karena
penurunan kekuatan yang lebih besar terjadi di link ini daripada
di kayu atau perekat. Lem epoxy menunjukkan angka kegagalan yang
tinggi ketika kering, tapi prosentase kegagalan menjadi rendah apabila kayu
dalam kondisi basah. Data terakhir dari lem epoxy menunjukkan bahwa
hubungan yang lemah adalah pada wilayah interfase. Informasi-informasi ini
kemudian bisa digunakan menemukan kebutuhan untuk memperkuat perekatan
epoxy dan mengurangi konsentrasi tegangan di interfase.
Penggunaan analogi ikatan rantai ini juga akan membantu
dalam memahami mengapa ikatan yang kuat tidak dapat dihasilkan oleh jenis-jenis
kayu yang padat.Jika kekuatan perekat cukup kuat untuk menahan tekanan sampai
2000 psi dan kekuatan kayu hanya 1000 psi, maka kayu akan
lebih dulu pecah. Jika kekuatan kayu meningkat sampai 3000 psi, maka
kerusakan tidak akan terjadi di dalam kayu. Ini tidak berarti bahwa kayu yang
lebih padat mungkin lebih sulit untuk menghasilkan ikatan yang kuat. Dengan
demikian maka data-data mengenai kekuatan kayu perlu dipertimbangkan dalam
hubungannya dengan kekuatan pengeleman kayu.
Dengan konsep link rantai untuk mewakili kekuatan
ikatan, maka pengetahuan mengenai tempat terjadinya kegagalan terjadi menjadi
sangat penting. Kegagalan dalam bulk kayu dan bulk perekat
biasanya mudah untuk dilihat dengan menggunakan mata telanjang atau mikroskop.
Kegagalan dalam interfase menjadi lebih rumit, terutama untuk kayu. Pada Gambar
9.16, berbagai jenis kegagalan antarmuka diilustrasikan. Memahami mekanisme
kegagalan adalah hal yang penting untuk bisa menemukan cara yang lebih baik
untuk meningkatkan kekuatan perekatan dan memecahkan masalah yang timbul. Suatu
penelitian menunjukkan bahwa Phenol formaldehyde menghasilkan fraktur
pada lapisan S2 sementara epoxy menghasilkan kegagalan pada S3 di
bawah kulit, menunjukkan bahwa Phenol formaldehyde memberikan
penetrasi yang lebih dalam dari dinding sel.
Pada saat ini, kita masih kekurangan pengetahuan untuk
memprediksi seberapa baik perekat baru bisa menyatukan potongan-potongan kayu
tanpa pengujian pada jenis kayu yang sama dan proses ikatan serupa yang akan
digunakan secara komersial. Keterbatasan pengetahuan saat ini membuat kita
tidak bisa mengetahui apa saja yang diperlukan tentang interaksi perekat kayu untuk
memberikan ikatan yang kuat dan tahan lama. Hal ini menjadi sulit karena
kompleksnya sifat kimia dan morfologi dari kayu.
GAMBAR 9.16 Kegagalan di wilayah interfase dari
ikatan kayu adalah hal yang komplek. Selain kegagalan antarmuka yang
mengarah ke perekat pada satu permukaan kayu di satu sisi dan sisi yang lain,
ada sejumlah zona kegagalan lainnya. Perekat di permukaan kayu mungkin tidak
kering juga akan menyebabkan kegagalan dalam perekat di permukaan. Perekat
mungkin menghasilkan ikatan kuat pada kayu, tetapi kayu itu sendiri dapat
dibagi menjadi lapisan-lapisan tipis dalam dinding sel.
Pengujian terhadap ketahanan lem (durability
test)
ASTM mendefinisikan daya tahan perekat, adalah
kekuatan bersama dari suatu joint terhadap kondisi layanan yang
diperlukan" (ASTM International 2000a). Karena produk kayu digunakan untuk
jangka waktu yang lama, maka diperlukan accelerated test suatu test
simulasi untuk memperkirakan kinerja lem pada jangka panjang. Beberapa
penelitian dilakukan dengan menggunakan uji coba lapangan untuk memahami
kinerja perekat pada beberapa kondisi yang berbeda. Selain itu, telah ada data
berdasarkan pengalaman penggunaan selama bertahun-tahun untuk beberapa jenis
perekat telah ada. Beberapa tes telah dikembangkan yang memberikan hasil yang
sama pada daya tahan perekat. Faktor kunci yang sering dilupakan adalah bahwa
modus kegagalan harus bisa ditemukan sama untuk penggunaan jangka panjang dan
hasil uji dari accelerated test. Karena itu validasi terhadap suatu
accelerated test adalah hal yang sangat penting.
Masalah yang paling umum dengan daya tahan kayu
adalah ketidakmampuan perekat untuk menahan pengembangan dan penyusutan kayu
yang diakibatkan dari perubahan kelembaban. Kebanyakan produk kayu mengalami
perubahan kelembaban, mereka yang berada di lingkungan yang tidak terkendali
bisa jadi mengalami perubahan yang besar. Pengembangan kayu dapat dikenakan
pada ikatan ke mode I, II, III atau jenis gaya
yang lain tergantung pada design. Pengembangan biasanya telah dianggap
merupakan perubahan makroskopik, namun bagaimanapun juga harus dipertimbangkan
juga berdasarkan skala mikrometer seluler. Data yang tersedia menunjukkan bahwa
pembengkakan sel biasanya melibatkan penebalan dinding sel bukan menyusut dari
diameter lumen. Dengan demikian, gaya
yang lebih besar bekerja pada pada perekat di tepi dinding sel. Satu studi
menunjukkan bahwa perekat phenol-resorcinol-formaldehyde adhesive menghasilkan
lebih banyak ikatan dalam kondisi basah, tapi perubahan itu tidak sebesar
perubahan dimensi kayu selama proses pembasahan.
Sebuah pertanyaan kunci adalah apakah perekat
yang tahan lama memiliki kepatuhan lebih baik dengan perubahan kelembaban, apakah
mereka menstabilkan dinding sel sehingga menghasilkan lebih sedikit pemuaian
dan penyusutan seiring dengan perubahan kelembaban, atau apakah mereka lebih
baik dalam mendistribusikan tegangan antar muka? Pemahaman yang lebih baik
dalam hal ini merupakan salah satu jawaban kunci untuk merancang perekat supaya
lebih tahan lama.
Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah
bahwa accelerated test melibatkan pembasahan dan pengeringan kayu yang
berlangsung cepat. Perubahan yang terjadi dapat terjadi begitu cepat
sehingga struktur kayu tidak memiliki kesempatan untuk relax dan melakukan
penyesuaian selama pengujian, dengan demikian tekanan yang dibuat pada saat
test mungkin tidak pernah ditemui pada penggunaan normal.
Perekat kayu harus melewati tes ketahanan
lainnya, tetapi sebagian besar tidak selalu sulit dilakukan. Tentu saja,
perekat yang digunakan dalam aplikasi struktural dan semi-struktural harus
menahan pengaliran di bawah beban. Mengingat sifat kaku dari polymer
backbone dan crosslinking, masalah ini belum pernah menjadi hal
yang signifikan. Perekat kayu juga harus melawan pembusukan dan jamur, dan
karena itu suatu aditif anti jamur mungkin bisa ditambahkan.