penetrasi lem pada permukaan kayu
ikatan yang lebih kuat. Suatu perekat sangat kental
mungkin bisa membasahi permukaan, teUntuk
pembentukan ikatatan yang kuat, perekat perlu membasahi dan mengalir di atas
permukaan, dan dalam beberapa kasus sampai menembus ke dalam substrat.
Pembasahan adalah kemampuan perekat untuk turun dan membentuk sudut kontak yang
rendah dengan permukaan. Sebaliknya, aliran melibatkan perekat yang tersebar di
permukaan dalam waktu tertentu. Aliran (flow)
yang baik ini penting karena akan menghasilkan penyebaran permukaan yang lebih
luas untuk memungkinkantapi mungkin akan mengalami kesulitan untuk
mengalir dan meliputi permukaan dalam kerangka waktu yang wajar. Penetrasi
adalah kemampuan perekat untuk pindah ke rongga pada permukaan substrat atau ke
dalam substrat itu sendiri. Pengisian lumen adalah salah satu ukuran penetrasi,
tapi penetrasi juga dapat melibatkan gerakan perekat ke dalam dinding sel.
Perbedaan antara aliran, penetrasi, dan transfer ini diilustrasikan pada gambar
9.8
Pertama,
kita mulai dengan mempertimbangkan aspek: pembasahan, flow dan penetrasi yang
paling umum terjadi pada substrat substrat yang paling banyak ditemukan. Pada
bagian berikutnya, baru kita akan membahas bagaimana hal ini perlu dimodifikasi
untuk menghasilkan ikatan kayu. Hal ini penting untuk dapat memahami aspek-aspek
umum karena banyaknya perekat yang digunakan untuk perekatan antar kayu atau
kayu dengan subtrat lainnya. Beberapa struktur laminasi kayu memiliki lapisan
ikatan fiber-reinforced
plastic (FRP) pada kayu, Ikatan FRP ini mungkin berbeda dengan ikatan
kayu. Aplikasi lain dapat melibatkan ikatan dari kayu dengan beton atau logam.
Salah satu jenis bahan lignoselulosa
yang sulit direkatkan adalah jerami gandum karena memiliki permukaan lilin non
polar yang menyulitkan perekat untuk membasahi dan menembus struktur
selularnya.
Untuk
pembentukan ikatan, perekat harus bisa mengatasi masalah dengan sebagian besar
permukaan substrat. Dengan banyak plastik yang memiliki energi permukaan
rendah, maka masalah yang signifikan adalah kesulitan untuk membasahi substrat.
Contoh ekstrem adalah ikatan dari Teflon, yang memiliki energi permukaan yang
sangat rendah sehingga sangat sedikit perekat akan membasahi permukaan. Bahkan
perekat yang diaplikasikan pada permukaan akan lebih mudah membentuk
butiran-butiran daripada membasahi permukaan. Untuk perekatan pada bahan
polietilen dan sebagian besar polypropylene,
pembasahan perekat juga merupakan masalah yang signifikan karena energi
permukaan yang rendah.
Untuk
laminasi kayu dengan FRP,
perekat kayu yang memiliki tegangan permukaan sangat tinggi karena dia adalah
bahan berpelarut air, dan tidak akan membentuk ikatan yang kuat dengan FRP.
Banyak literatur menekankan pada pentingnya pengukuran sudut kontak untuk
menentukan pembasahan permukaan. Sudut kontak adalah sudut antara tepi tetesan
dengan bidang permukaan. Bahan dengan sudut kontak permukaan yang tinggi akan
memiliki kemampuan pembasahan yang jelek. Penambahan surfactant berupa
pelarut non polar akan mengurangi energi permukaan perekat dengan menurunnya
sudut kontak.
Perlu
diketahui bahwa hasil dari pengukuran sudut kontak yang paling berpengaruh
adalah nilai-nilai keseimbangan, yang mungkin tidak mencerminkan dengan tepat
dinamika dari proses ikatan. Sifat-sifat lain yang sangat penting terkait
dengan pembasahan adalah aliran atas permukaan. Aliran material tergantung
tidak hanya sudut kontak, tetapi juga viskositas perekat. Dengan viskositas
yang lebih rendah, perekat akan dapat mengalir lebih baik dan membasahi lebih
baik pada permukaan.
Sementara
aliran adalah gerakan pada permukaan, maka penetrasi adalah gerakan ke dalam
substrat. Perekat tidak akan dapat menembus ke dalam pada substrat seperti
logam dan plastik, tapi penetrasi adalah bagian penting dalam gerakan perekat
ke dalam microcrevices
permukaan. Sebagian besar permukaan memiliki derajat kekasaran yang
harus ditembus oleh perekat. Seperti aliran, penetrasi tergantung pada energi
permukaan dan viskositas perekat, tetapi juga tergantung juga pada ukuran
kapiler yang bisa membatasi penetrasi. Untuk ikatan yang kuat, perekat harus
menembus ke dalam melewati semua kekasaran. Masalah khas pada pembasahan adalah
perpindahan udara, air, atau minyak yang mungkin terdapat di permukaan.
Pembasahan,
aliran dan penetrasi pada kayu.
Ikatan
pada kayu menghadapi banyak masalah yang dibahas dalam bagian sebelumnya pada
aspek-aspek umum dari pembasahan, aliran, dan penetrasi, tetapi ada banyak
karakteristik yang tidak kalah penting untuk dipertimbangkan. Kayu memiliki
permukaan yang relatif polar yang memungkinkan penggunaan umum perekat
berbasiskan air, meskipun beberapa kayu sulit untuk dibasahi. Contohnya adalah
beberapa kayu tropis yang sangat berminyak, seperti jati, dan kayu yang telah
diobati. Pembasahan permukaan dapat ditingkatkan dengan penghapusan minyak dengan
dengan pelarut, mekanik, atau dengan teknik oksidasi.
Gambar
9.9 Gambaran tentang tetesan air pada veneer
yellow birch menunjukkan bahwa pembasahan dapat ditingkatkan dengan
penghapusan kontaminan pada permukaan. Foto ini diambil 30 detik setelah tiga
tetesan air diletakkan di permukaan. Bagian kiri adalah penurunan pada
permukaan yang tidak di treatment, bagian tengah adalah bagian yang diamplas dengan
320 grit amplas sebanyak 2 x, dan bagian kanan adalah bagian yang diamplas 4 x.
Pengenalan
mengenai aliran di atas bisa menjadi lebih rumit dengan adanya fakta bahwa
permukaan mempunyai kekasaran makroskopik. Seperti disebutkan dalam bagian
sebelumnya, penetrasi pada umumnya melibatkan juga pembasahan, yang sangat
dipengaruhi oleh kekasaran mikro. Di sisi lain, sifat kayu selular secara
signifikan akan berpengaruh pada penetrasi dari bahan perekat ke dalam
substrat. Spesies kayu yang berbeda akan memiliki struktur seluler yang
berbeda, dan karena itu akan menghasilkan penetrasi perekat yang berbeda pula.
Hal ini menyebabkan masalah ketika kita mencoba untuk menghasilkan penetrasi
dan ikatan yang seragam pada berbagai jenis kayu, seperti yang terjadi dalam
produksi OSB.
Untuk kayu lebih berpori, perekat dapat menembus lebih dalam pada kayu dan
ikatan tidak terlalu tergantung pada permukaan, sementara perekat yang sama
pada kayu kurang berpori akan tinggal di permukaan dan tidak dapat memberikan
ikatan yang kuat. Dengan demikian, perekat perlu diformulasikan berbeda untuk
aplikasi yang berbeda mengingat jenis kayu, jenis aplikasi, dan kondisi
aplikasi. Perekat yang disemprotkan pada OSB
cenderung menggunakan viskositas yang lebih rendah dibandingkan yang diformulasikan
pada kayu lapis yang membutuhkan untuk tinggal lebih lama di permukaan.
Dalam
aplikasi kebanyakan ikatan, penetrasi perekat ke adherend merupakan hal yang
paling tinggi, tapi sangat penting untuk kayu. Tingkat penetrasi yang tepat
mempengaruhi kedua hal yaitu formulasi perekat dan kondisi ikatan. Keseimbangan
yang tepat harus diperoleh untuk menghasilkan ikatan yang baik. Dalam kondisi under penetrasi,
perekat tidak dapat cukup dipindahkan ke kayu untuk memberikan interaksi yang
kuat antara kayu dan perekat. Sebaliknya, over
penetrasi mengakibatkan banyak perekat yang bergerak ke dalam kayu sehingga
kecukupan perekat dalam bondline
untuk jembatan antara permukaan kayu menjadi kurang. Untuk
mengatasi masalah ini, viskositas dan komposisi perekat dapat diatur, sama
halnya dengan suhu dan waktu untuk perekatan baik pada perekatan terbuka atau
tertutup. Beberapa spesies yang lebih berpori dibandingkan dengan spesies lain,
membuat kompleksitas ketika ikatan pada spesies yang berbeda dikerjakan. Ini adalah
masalah yang cukup penting untuk pembuatan komposit yang biasanya menggunakan
campuran dari berbagai macam spesies dengan campuran sering berubah. Penggunaan
spesies berbeda-beda yang dicampur tentu bisa menyebabkan kemungkinan
terjadinya over penetrasi
atau under
penetrasi yang berpotensi mengurangi kekuatan ikatan. Meskipun secara umum
diketahui bahwa penetrasi yang tepat adalah penting untuk ikatan yang kuat,
masih belum jelas apakah penetrasi ke dalam lumen atau dinding sel yang lebih
penting.
Penetrasi
perekat ke dalam kayu adalah hal yang paling sering diperiksa pada tingkat sel.
Beberapa lumens memiliki serat terbuka di permukaan sebagai hasil dari
kemiringan serat sehingga perekat dapat mengalir ke lumen, hal ini lebih
mungkin terjadi pada sel dengan diameter yang lebih besar dalam kayu lunak.
Sedangkan pada kayu keras, sebagian besar pengisian lumen terjadi pada pembuluh
yang lebih besar daripada sel-sel serat yang lebih kecil.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengisian lumen dapat diklasifikasikan ke dalam 3 hal yaitu:
- Hal-hal yang terkait dengan kayu seperti: diameter lumen dan paparan pada permukaan kayu.
- Hal-hal yang terkait dengan adhesive seperti: viskositas dan energi permukaan.
- Hal-hal yang terkait dengan proses, seperti: waktu perakitan, suhu, tekanan dan kadar air.
Secara
normal biasanya diasumsikan bahwa pengisian lumen akan memberikan kontribusi
untuk kekuatan ikatan. Penetrasi resin ke diketahui hubungannya dengan kekuatan
kegagalan ikatan secara langsung. dalam lumen telah diteliti dalam literatur
ikatan kayu karena mudah untuk dilihat dengan cahaya, fluoresensi, dan
pemindaian dengan mikroskop elektron. Masalahnya adalah bahwa data ini belum
dapat