pengeringan kayu
Pengeringan kayu merupakan salah satu proses utama dalam industri woodworking.
Kayu yang baru ditebang memiliki kandungan air yang sangat tinggi dan
membutuhkan pengeringan sampai kadar air tertentu untuk dapat mencapai
kekuatan yang maksimal. Kekuatan pada diperoleh dari struktur cellulose (serat kayu) dan lignin,
sedangkan kandungan air dalam kayu hanya merupakan beban saja pada
struktur kayu. Kayu yang basah juga akan membuat kayu menjadi media yang
ideal untuk pertumbuhan bakteri dan jamur. Penggunaan kayu basah akan
menimbulkan banyak masalah antara lain adalah: kayu yang pecah, jamur
pada kayu, dan masalah-masalah finishing.
Pengeringan
kayu ini sebenarnya merupakan proses yang dapat terjadi secara alami.
Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopis (bahan yang
menyerap air). Kayu yang masih basah apabila diletakkan di alam terbuka
maka dia akan mengeluarkan air yang dikandungnya sampai kadar air
didalamnya seimbang dengan kelembaban udara lingkungannya. Sebaliknya
kayu yang kering apabila diletakkan dalam lingkungan yang mempunyai
kelembaban udara yang tinggi akan menyerap air dari udara sampai
kandungan airnya berkeseimbangan dengan kelembaban udara lingkungannya.
Tingkat
kadar air dari kayu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang aman
sebenarnya tergantung pada kondisi lingkungan dimana produk dari kayu
tersebut akan digunakan. Kadar air kayu akhir yang disarankan adalah
kadar air kayu yang berkeseimbangan dengan kelembaban udara di
lingkungan dimana produk kayu tersebut akan digunakan. Apabila kondisi
ini dapat dipenuhi maka kayu akan relatif stabil, karena perubahan kadar
air yang terlalu drastis tidak akan terjadi lagi. Untuk melihat kadar
air yang dibutuhkan maka dapat dilihat pada grafik kadar air kayu vs
kelembaban udara lingkungan di bawah ini.
Kayu
yang diperoleh dari pohon yang baru dipotong mempunyai kandungan air
yang sangat tinggi sekitar 60% atau lebih. Sedangkan untuk bisa
digunakan dalam industri wooodworking, kayu harus cukup kering,
biasanya dengan kadar air sekitar 10%. Untuk bisa menurunkan kadar air
tersebut maka kayu harus dikeringkan dulu. Pengeringan kayu ini
sebenarnya akan terjadi secara alami dengan meletakkan kayu yang sudah
dipotong dan dibelah di alam sampai kayu menjadi kering. Cara ini banyak
digunakan pada jaman dulu ketika industri woodworking masih
belum maju dan berkembang seperti sekarang. Bahkan pada jaman dulu kalau
PT Perhutani memotong pohon jati di perkebunannya maka pohon itu
dimatikan dulu dan dibiarkan selama beberapa bulan. Beberapa bulan
kemudian ketika kayunya sudah kering, baru pohon itu ditebang dan
kayunya diambil untuk berbagai macam keperluan.
Pengeringan
kayu secara alami ini akan membutuhkan waktu yang sangat lama dan akan
sangat tergantung pada kondisi alam. Beberapa jenis kayu juga akan
beresiko untuk rusak terkena jamur atau diserang serangga pada saat
proses pengeringannya. Karena itu maka industri woodworking modern menciptakan alat untuk pengeringan kayu yang dikenal sebagai oven kayu atau kiln dry. Dengan penggunaan oven ini maka proses pengeringan kayu dapat berlangsung dengan lebih cepat dan terkontrol.
Untuk
mempercepat proses pengeringan kayu, maka pohon yang baru ditebang
dipotong dan dibelah menjadi papan-papan dengan ukuran tertentu dan
kemudian dimasukkan ke dalam oven kayu. Di dalam ruang oven, udara
dipanaskan dan sehingga akan mempercepat proses pengeringan. Dengan
naiknya suhu udara maka kelembaban udara akan turun dan dengan demikian
maka kadar air dalam kayu akan turun menyesuaikan dengan lingkungannya.
Pengaturan suhu ruangan dalam oven merupakan satu hal yang sangat
penting untuk mengatur kecepatan proses pengeringan kayu. Semakin tinggi
suhu ruang oven, maka kecepatan penguapan air di dalam kayu akan
semakin cepat juga dan membuat proses pengeringan kayu menjadi semakin
cepat.
Selain pengaturan suhu ruang oven, hal lain yang tidak kalah penting adalah sirkulasi udara dalam oven. Penguapan hanya bisa terjadi apabila udara di dalam ruangan masih bisa menerima uap air. Udara yang sudah jenuh dengan uap air tidak akan bisa menerima uap air dari kayu dan pengeringan kayu akan segera berhenti saat itu juga. Udara dalam ruangan yang sudah jenuh dengan uap air harus segera dikeluarkan dan diganti dengan udara yang masih segar.
Kecepatan pengeringan kayu yang dilakukan dengan oven harus diatur dengan benar. Penurunan kadar air dalam kayu akan selalu diikuti dengan penyusutan volume kayu. Pengeringan kayu yang terlalu cepat akan membuat penyusutan kayu berjalan dengan cepat dan beresiko untuk merusak kayu seperti: kayu yang pecah, retak, melengkung atau berubahnya warna kayu. Untuk kayu yang akan digunakan sebagai bahan untuk konstruksi, support atau bagian dalam tidak terlalu membutuhkan penampilan yang indah, maka dapat dilakukan proses pengeringan yang lebih cepat. Adanya sedikit kerusakan kayu, seperti kayu yang retak warna kayu yang berubah tidak menjadi masalah selaam secara konstruksional kayu masih kuat.
Sebaliknya apabila papan kayu tersebut akan digunakan untuk membuat produk-produk yang membutuhkan keindahan penampilan seperti: mebel, lantai, pintu atau produk-produk arsitektural, maka dibutuhkan papan kayu dengan kulitas yang baik. Untuk itu maka kayu harus dikeringkan dengan hati-hati supaya tidak menjadi rusak. Beberapa jenis kayu yang memiliki koefeisien penyusutan yang besar harus dikeringkan dengan perlahan-lahan untuk mengurangi resiko kayu yang rusak. Untuk menentukan kecepatan pengeringan kayu, maka kita membutuhkan data penyusutan dan volume kayu versus kadar air kayu. Untuk jenis-jenis kayu dari Amerika dan Eropa maka data ini biasanya sudah tersedia cukup lengkap karena industri kayu di daerah ini sudah sangat maju. Sayangnya data koefisien penyusutan kayu ini seringkali tidak mudah didapat di Indonesia, sehingga pengeringan kayu di Indonesia lebih banyak dilakukan dengan dasar pengalaman.
Selain pengaturan suhu ruang oven, hal lain yang tidak kalah penting adalah sirkulasi udara dalam oven. Penguapan hanya bisa terjadi apabila udara di dalam ruangan masih bisa menerima uap air. Udara yang sudah jenuh dengan uap air tidak akan bisa menerima uap air dari kayu dan pengeringan kayu akan segera berhenti saat itu juga. Udara dalam ruangan yang sudah jenuh dengan uap air harus segera dikeluarkan dan diganti dengan udara yang masih segar.
Kecepatan pengeringan kayu yang dilakukan dengan oven harus diatur dengan benar. Penurunan kadar air dalam kayu akan selalu diikuti dengan penyusutan volume kayu. Pengeringan kayu yang terlalu cepat akan membuat penyusutan kayu berjalan dengan cepat dan beresiko untuk merusak kayu seperti: kayu yang pecah, retak, melengkung atau berubahnya warna kayu. Untuk kayu yang akan digunakan sebagai bahan untuk konstruksi, support atau bagian dalam tidak terlalu membutuhkan penampilan yang indah, maka dapat dilakukan proses pengeringan yang lebih cepat. Adanya sedikit kerusakan kayu, seperti kayu yang retak warna kayu yang berubah tidak menjadi masalah selaam secara konstruksional kayu masih kuat.
Sebaliknya apabila papan kayu tersebut akan digunakan untuk membuat produk-produk yang membutuhkan keindahan penampilan seperti: mebel, lantai, pintu atau produk-produk arsitektural, maka dibutuhkan papan kayu dengan kulitas yang baik. Untuk itu maka kayu harus dikeringkan dengan hati-hati supaya tidak menjadi rusak. Beberapa jenis kayu yang memiliki koefeisien penyusutan yang besar harus dikeringkan dengan perlahan-lahan untuk mengurangi resiko kayu yang rusak. Untuk menentukan kecepatan pengeringan kayu, maka kita membutuhkan data penyusutan dan volume kayu versus kadar air kayu. Untuk jenis-jenis kayu dari Amerika dan Eropa maka data ini biasanya sudah tersedia cukup lengkap karena industri kayu di daerah ini sudah sangat maju. Sayangnya data koefisien penyusutan kayu ini seringkali tidak mudah didapat di Indonesia, sehingga pengeringan kayu di Indonesia lebih banyak dilakukan dengan dasar pengalaman.