Penggunaan adhesive dalam industri woodworking
Industri woodworking
saat ini berhubungan
dengan banyak macam dan jenis
kayu yang masing-masing memiliki sifat-sifat yang unik dan berbeda satu sama
lain. Selain itu industri woodworking
juga menghasilkan produk-produk dengan kegunaan yang berbeda-beda yang tentu
saja membutuhkan spesifikasi yang berbeda-beda. Untuk menjawab kebutuhan dari
industri woodworking
yang beraneka ragam itu maka industri wood
adhessive (lem
kayu) juga telah menciptakan beraneka ragam jenis dan tipe adhesssive yang
diharapkan bisa memenuhi permintaan dari industri wodworking. Dalam keadaan demikian maka
saat ini pegetahuan tentang pemilihan jenis lem kayu yang tepat sesuai dengan
kebutuhannya merupakan suatu hal yang sangat diperlukan oleh para pelaku
industri woodworking.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lem antara lain
adalah: harga, proses produksi yang dikerjakan, kekuatan dan keawetan.
Konsumsi
terbesar pada wood
adhessives adalah industri pembuatan panel seperti plywood, fiberboard, particle board,
oriented strandboard (OSB). Selain pada plywod, pemakaian lem kayu pada panel-panel
tersebut digunakan untuk mengikat partikel-partikel dari kayu membentuk suatu
panel yang tersusun dari susunan lem dan potongan atau serpihan kayu. Strandboard, partikel
board dan fiber board
dibuat dari suatu lem kayu yang dicampur dengan partikel-partikel kayu yang
kemudian dipanaskan dan ditarik sehingga membentuk suatu lembaran yang ditekan
untuk membentuk suatu lembaran panel. Proses ini membutuhkan suatu jenis lem
yang tidak terlalu cepat mengeras pada suhu kamar, tetapi dengan adanya panas
dan tekanan tinggi maka diharapkan reaksi pengeringan lem dapat berlangsung
dengan cepat. Kekuatan dari panel ini tergantung pada distribusi (penyebaran) gaya yang tersebar di
antara partikel-partikel kayu dengan adhesive
yang digunakan untuk mengikatnya.
Pada
produk-produk ini biasanya komposisi adhessive
berkisar antara 2% - 8% dari keseluruhan masa seluruh produk.
Dengan melihat besarnya prosentase dari komposisi panel tersebut maka harga adhessive menjadi salah
satu faktor yang sangat penting. Karena pada proses ini pengeleman dikerjakan
dengan merekatkan kayu-kayu kecil maka pengisian gap tidak merupakan masalah,
tetapi over penetrasi addhesive
malah bisa merupakan masalah yang lebih besar.
Pengeleman
pada plywood mempunyai
karakteristik yang sedikit berbeda. Plywood
memiliki permukaan yang rapat karena itu maka masalah pengeleman
lebih banyak berkaitan dengan masalah permukaan. Selain itu karena sebagian
besar wood adhessive
dibuat dari amino maka emisi gas formaldehyd
merupakan salah satu problem yang merupakan isu yang sering dikemukakan dalam
industri wood adhesives.
Beberapa aturan baru yang saat ini mulai diperkenalkan mengenai batasan emisi
gas telah menjadikan problem tersendiri bagi industri wood adhessive.
Dibutuhkan 3 jenis lem yang berbeda untuk perekatan 3 potong produk kayu
Untuk
tujuan laminasi dan finger
joint pada kayu maka adhesive
yang dibutuhkan adalah jenis yang bisa kering pada suhu kamar atau
dengan pemanasan. Faktor harga adhessive juga telah menjadi semakin penting,
karena kenyataan saat ini industri kayu semakin banyak yang menggunakan papan
dengan ukuran ketebalan yang semakin kecil karena kesulitan mendapatkan pohon dengan
ukuran yang besar. Secara umum lem untuk laminasi membutuhkan jenis lem yang
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap air. Selain itu untuk beberapa produk,
maka warna lem juga menjadi hal yang penting.
Lem untuk assembling dan
konstruksi membutuhkan jenis yang bisa kering pada suhu kamar dengan waktu yang
tidak terlalu cepat. Lem yang digunakan untuk assembling pada produk mebel, biasanya
merupakan lem dengan viskositas yang rendah yang menghasilkan warna-warna muda
dan tidak memerlukan ketahanan sangat tinggi terhadap solvent dan air.
Sebaliknya lem yang digunakan untuk konstruksi bangunan dari kayu merupakan lem
yang memiliki kelenturan yang tinggi, tetapi warna yang tua tidak merupakan
masalah.
Perubahan
dari penggunaan solid wood
ke enginering wood
telah meningkatkan konsumsi lem dalam industri woodworking. Dan penggunaan berbagai lem
yang spesifik menjadi semakin dibutuhkan. Sebagai contoh, suatu persilangan
balok kayu bisa saja memiliki tiga jenis lem sekaligus didalamnya. Suatu lem
untuk finger joint
digunakan jenis melamine
formaldehyde, sedangkan untuk menyatukannya dalam suatu laminasi
kayu dibutuhkan lem jenis phenol-resorcinol
formaldehide. Sedangkan untuk menyatukan potongan satu dengan yang
lain digunakan lem jenis emulsion
polymer isocyanat (pu). Masing-masing memilki sifat-sifat kimia
yang berbeda dan memberikan ikatan optimal dalam kondisi, waktu, suhu, dan
tekanan yang berbeda. Kebutuhan jenis lem yang berbeda juga bisa dipengaruhi
oleh jenis-jenis kayu yang direkatkannya.