Phenol formaldehyde
Phenol formaldehyde (PF) polymer merupakan salah satu jenis polimer
sintetis yang tertua, yang telah dikembangkan pada awal abad ke 20. Resin ini
banyak digunakan untuk laminasi maupun komposit karena daya tahannya yang
sangat baik luar. Bahan ini bisa menghasilkan daya adhesi yang baik, kekuatan
polimer yang tinggi dan stabilitas yang sangat baik. Dalam banyak pengujian,
perekat Phenol
formaldehyde menunjukkan terjadinya banyak kegagalan pada kayu
(bukan pada ikatan) dan ketahanan yang tinggi terhadap delaminasi. Ada banyak
kemungkinan formulasi yang bisa dihasilkan, dan pemilihan yang salah dapat
menyebabkan kekuatan ikatan yang rendah. Diantara faktor yang dapat menyebabkan
kekuatan adhesi yang rendah adalah tidak cukupnya waktu untuk menghasilkan
polimerisasi yang lengkap, resin dengan berat molekul yang terlalu tinggi yang
menyebabkan kurangnya sempurnanya pembasahan dan penetrasi, waktu perakitan
yang tidak cukup untuk terjadinya penetrasi kayu yang baik, atau terlalu
tingginya waktu atau tekanan yang menyebabkan penetrasi berlebihan dari perekat
dan bondline yang
hungry. Secara
umum, perekat PF
dapat memenuhi kebutuhan ikatan untuk hampir semua pengeleman pada aplikasi
kayu apabila harga dan heat
curing tidak merupakan issu yang penting.
Untuk semua
perekat jenis ini, phenol direaksikan
dengan formaldehyde
atau precursor
formaldehyde pada kondisi yang tepat untuk menghasilkan resin yang
dapat mengalami polimerisasi lebih lanjut selama proses pengeringan. Ada dua
tipe dasar pre polymer,
yaitu novolaks
yang memiliki rasio formaldehyde
: phenol (F / P) kurang dari 1 dan biasanya dibuat dalam kondisi
asam, dan resin resole
yang dibuat pada kondisi basa dengan F
/ P rasio lebih besar dari 1. Meskipun sekilas proses asam dan basa
mungkin tampak serupa, tetapi reaksi kimia dan struktur polimer yang terjadi
sangat berbeda. Untuk banyak aplikasi perekat kayu, maka resin resole lebih
banyak digunakan karena mereka dapat menghasilkan larutan perekat yang memiliki
sifat pembasahan kayu yang baik dan waktu pengeringan yang dapat diatur dengan
pemanasan sehingga memungkinkan pengaturan waktu yang cukup untuk perakitan.
Penambahan formaldehyde tergantung
pada kelompok elektron yang menyumbangkan hydroxyl
untuk aktivasi dari cincin aromatik, khususnya pada posisi ortho dan para terhadap gugus hydroxyl; posisi ini
adalah kondisi dimana nucleophilic
cukup untuk menyerang electrophilic
formaldehyde. Meskipun ketiga situsnya diaktifkan, kondisi reaksi
yang akan mengontrol situs mana yang lebih reaktif terhadap kondisi awal dan
modifikasi berikutnya. Tersedianya tiga posisi untuk reaksi mengarah pada
kemampuan untuk membentuk crosslinked
polymer yang diperlukan untuk menghasilkan kekuatan dan daya tahan
yang baik.
Resin
novolak dibuat
menggunakan kondisi asam pada pH 4 sampai 7 dengan rasio formaldehyde : phenol
0,5 sampai 0,8. Pertama kali dilakukan penambahan acid-activated formaldehyde pada phenol melalui reaksi nucleophilic pada activated ortho atau para pada phenol. Molekul ini
kemudian kehilangan molekul air pada kondisi asam karena proses stabilisasi
dengan kelompok phenol.
Kemudian kelompok methiyene
menjadi reactive
dengan kelompok phenol
yang lain untuk membentuk methylene-bridged
dimer. Kelanjutan dari proses ini adalah terbentukanya oligomer novolak dengan
berat molekul rendah. Dalam kondisi asam, proses linking terjadi lebih cepat daripada addition, yang akan
mengakibatkan selalu terbentuk polimer jika kandungan formaldehyde selalu
tersedia. Untuk membentuk polimer dari oligomer tersebut, maka diperlukan
tambahan formaldehyde
biasanya diadakan dalam bentuk paraformaldehyde,
yang biasa disebut sebagai harderner
yang ditambahkan sesaat sebelum aplikasi. Oligomer novolak umumnya
tidak digunakan untuk perekatan kayu karena kelarutan terhadap air yang rendah
dan keasamannya yang tinggi.
Resin
resole umumnya
dibuat dengan menggunakan alkali
hydroxides dengan formaldehyde
dengan rasio 1,0 sampai 3,0 pada pH 7 sampai 13. Ikatan kimia yang
terjadi melibatkan reaksi dari base
activated phenol dengan formaldehyde,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.18. Berbeda dengan reaksi dalam suasana
asam, penambahan
formaldehyde untuk phenol dalam kondisi basa adalah proses yang
berlangsung cepat, sedangkan konversi hydroxymethyl
derivatives ke oligomer adalah proses yang lambat. Dengan demikian,
tingkat formaldehyde
yang lebih tinggi dapat digunakan tanpa membentuk polymer sampai dilakukan pemanasan yang
cukup. Beberapa hydroxymethylphenols
mungkin akan dimerize
untuk membentuk suatu bismethylene
ether bridge dan kemudian selalu dikonversi ke metilen bridge species.
Proses ini digunakan untuk membangkitkan oligomer dengan kelompok reaktif yang
cukup di bawah pemanasan yang tepat. Molekul-molekul pada gambar 9.18
menunjukkan spesies yang sepenuhnya difungsikan, tetapi rasio molar dari formaldehyde dengan phenol yang kurang dari
3, akan menghasilkan tercukupinya kelompok reactive
untuk membentuk backbone
polymer dan beberapa titik crosslinking.
Penggambaran ini menggambarkan hanya satu posisi dari reaksi, tetapi harus
diingat bahwa semua ortho dan
para adalah
kondisi yang reaktif, dengan pemilihan posisi terutama diakibatkan oleh kondisi
reaksi. Setelah diaplikasikan pada kayu, resin ini kemudian dikonversi pada
perekat akhir dengan menggunakan pemanasan yang cukup bersama-sama dengan
penguapan air. Struktur pada Gambar 9.18 menunjukkan mobilitas yang terbatas
dari rantai polimer; ada juga kelompok
hydroxylmethyl yang tidak dapat menemukan situs yang reaktif.
GAMBAR
9.18. Phenol-formaldehyde
melibatkan pembentukan pertama dari kelompok hidroksimetil, diikuti dengan
polimerisasi parsial ke oligomer yang membentuk perekat. Setelah aplikasi
perekat pada substrat maka reaksi polymerisasi terjadi dan membentuk jaringan crosslinking polymer.
Lem
phenol formaldehyde
bisa berfungsi di hampir semua aplikasi untuk perekatan kayu, selama ikatan dan
assembling dapat dipanaskan. Seperti banyak perekat lainnya, suatu produk lem
komersial mengandung lebih dari sekedar resin, tetapi juga beberapa bahan lain
tergantung pada aplikasi yang akan dilakukannya. Bahan aditif yang paling
banyak ditambahkan adalah urea untuk memperbaiki flow, untuk menangkap free formaldehyde, dan
untuk mengurangi harga. Secara umum diasumsikan bahwa urea tidak menjadi bagian
dari polymer backbone
karena polymerizability
nya yang rendah. Untuk kayu lapis, bahan-bahan pengisi dan extender ditambahkan
untuk memberikan kesempatan holdout
di permukaan dan mengendalikan
rheology pada metode-metode aplikasi khusus.