Mengenal lebih dekat tentang amplas
Proses perataan dan penghalusan permukaan pada proses pembuatan mebel biasanya dilakukan dengan menggunakan suatu bahan yang disebut amplas (abrasives). Karena itu prosesnya dikenal sebagai proses pengamplasan (sanding). Saat ini telah tersedia bermacam-macam merk amplas yang menawarkan berbagai jenis amplas dengan keunggulannya masing-masing. Selama ini kita mungkin hanya membedakan amplas dari gradenya saja. Pada prakteknya kita kadang-kadang menemui kenyataan bahwa amplas dengan grade yang sama apabila digunakan bisa mengakibatkan hasil amplasan yang sama sekali berbeda. Pada kenyataanya memang amplas memiliki jenis yang berbeda-beda. Karena itu maka para pelaku industri mebel sebagai pemakainya harus dapat mengenal jenis-jenis amplas supaya dapat memilih amplas yang paling sesuai dengan kebutuhan.
Amplas sebenarnya terdiri dari 3 komponen yang membentuknya yaitu mineral, pengikat (bond), dan penyangga (backing). Sifat-sifat dan jenis-jenis amplas pada prinsipnya tergantung dari jenis-jenis dari ketiga komponen pembentuknya itu dan bagaimana cara pembuatannya.
Gambar 1. Amplas
Mineral adalah sejenis batu-batuan yang dipakai untuk mengamplas, yang paling banyak dipakai adalah alumunium oxide atau silicon carbid yang digiling sampai kehalusan tertentu. Alumunium oxide mempunyai sifat lebih keras dan tahan lama, mineral ini lebih cocok untuk mengamplasan benda-benda yang keras misalnya pengamplasan awal pada kayu mentah. Sedangkan silicon carbide mempunyai mineral yang lebih tajam namun lebih mudah tumpul, mineral ini lebih cocok untuk pengamplasan akhir atau pengamplasan pada proses finishing. Grade amplas sebenarnya adalah ukuran kehalusan mineral yang dipakai pada amplas. Grade amplas mulai dari 0 yang paling kasar sampai 2000 yang paling halus. Ukuran grade amplas ini ada 3 jenis yaitu ukuran standard Amerika, Eropa dan Jepang yang ketiganya memiliki sedikit perbedaan, yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan standard grade amplas.
Backing atau penyangga adalah suatu bahan tempat mineral amplas tersebut dilekatkan. Backing untuk amplas biasanya dibuat dari kain atau kertas dengan berbagai macam ketebalan. Jenis dan ketebalan dari backing ini akan menentukan kekuatan dan kelenturan dari amplas. Semakin tebal dan kaku backing yang dipakai maka amplas akan semakin kuat, sebaliknya semakin lentur dan tipis backing yang dipakai maka amplas menjadi semakin lentur dan fleksibel. Semakin lentur suatu amplas maka kekuatannya mengikis akan semakin kurang dan sebaliknya semakin kaku suatu amplas maka kekuatan mengikisnya akan semakin besar. Amplas dengan backing yang tebal dan kaku biasanya digunakan untuk amplas pada primer sanding (amplas awal) pada kayu sekaligus untuk bisa berfungsi untuk membentuk benda. Misalnya digunakan pada mesin amplas wide belt sander untuk menghasilkan suatu permukaan yang rata terutama untuk bidang yang datar seperti daun meja atau panel dinding. Sedangkan amplas yang fleksibel lebih cocok dipakai secara manual untuk menghaluskan bagian-bagian yang tidak dapat diamplas dengan mesin, seperti pada ukiran, pada kaki meja, pada kursi dan biasanya dipakai pada final sanding (pengamplasan akhir). Amplas yang lebih fleksibel juga lebih cocok dipakai pengamplasan pada proses finishing untuk pengamplasan pada sealer atau top coat, karena pada tahap ini tidak dibutuhkan pengikisan lagi.
Kertas amplas agak sulit digunakan untuk pengamplasan sealer atau lacquer pada bentuk-bentuk yang tidak datar seperti batang, lengkungan atau ukiran. Penggunaan kertas amplas yang paling fleksibel sekalipun akan beresiko terjadinya pengamplasan yang berlebihan pada lapisan sealer atau lacquer (oversanding). Untuk mengatasi hal itu, maka pada saat ini telah dikembangkan scotch brite yaitu amplas yang dibuat dari serat-serat sintetis yang dilumuri dengan mineral. Scotch brite ini sangat fleksibel dan dapat menjangkau bagian-bagian dalam lekukan-lekukan atau celah-celah yang sulit dijangkau oleh amplas yang kaku.
Antara mineral dan backing dilekatkan dengan suatu pengikat yang disebut bond. Bahan yang dipakai untuk bond ada 2 jenis yaitu sejenis resin atau lem atau kombinasi keduanya. Menurut cara pelekatan mineral terhadap backing ada 2 macam amplas yaitu open coat dan closed coat. Closed coat adalah jenis amplas dimana seluruh permukaan backing tertutup oleh mineral, sedangkan open coat hanya sebagian (40%-70%) dari permukaan backing yang tertutup oleh mineral. Jenis closed coat ini cocok untuk mengamplas bahan yang membutuhkan pengamplasan yang lebih kuat namun material yang diamplas tidak cenderung menempel pada amplas, misalnya pengamplasan dasar pada kayu.
Sedangkan amplas jenis open coat lebih cocok untuk mengamplas bahan yang cenderung mudah menempel pada amplas, misalnya untuk mengamplas sealer atau lacquer pada proses finishing. Untuk mempermudah pengamplasan pada sealer atau lacquer maka dikembangkan amplas jenis stearated. Yaitu amplas yang pada mineralnya ditambahkan sanding agent (bahan yang berfungsi untuk mengurangi panas yang timbul akibat dari gesekan). Bahan yang dipakai sebagai sanding agent ini biasanya adalah zinc stearate atau alumunium stearate. Amplas jenis open coat dan stearated ini meskipun lebih dirancang untuk pengamplasan sealer atau lacquer banyak juga dipakai untuk final sanding pada kayu mentah (pengamplasan terakhir sebelum proses finishing).
Untuk pengamplasan pada sealer atau top coat ini kadang-kadang bisa juga dipakai amplas jenis waterproof. Amplas jenis ini dibuat dari backing dan bond yang tahan terhadap cairan. Amplas jenis ini tidak mengandung sanding agent, karena itu untuk mengurangi panas yang timbul karena gesekan maka pada saat pengamplasan dipakai air atau cutting oil (suatu cairan minyak yang khusus dibuat untuk membantu proses pengamplasan).